A. Pengertian Metode Geomagnetik
Dalam metode
geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa dimana medan
magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih
kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan.
Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali
magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen
magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran
batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Metode
geomagnetic adalah metode yang didasarkan pada pengukuran variasi instensitas
medan magnetic dipemukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi
benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi (suseptibilitas).
B. Kegunaan Metode Geomagnetik
1. Eksplorasi Minyak Bumi dengan Metode
Magnetik.
Metode ini mengukur variasi medan magnetik bumi yang
disebabkan perbedaan properti magnetik dari bebatuan di bawah permukaan. Survei
magnetik dan gravitasi biasanya dilakukan di wilayah yang luas seperti misalnya
suatu cekungan (basin). Dalam eksplorasi migas metoda gravity dan magnetik
memang hanya dipergunakan untuk tahap awal , terutama guna tujuan regional
untuk mengetahui konfigurasi basement (batuan dasar). Tujuan utamanya adalah untuk
mengetahui ketebalan sedimen, makin tebal makin bagus dan potensial untuk source
rock. Untuk penentuan struktur geologinya digunakan metoda seismik.
2. Eksplorasi Panas Bumi dengan Metode
Magnetik.
Keadaan reservoir panas bumi dapat digambarkan menggunakan metode
magnetik. Eksplorasi panas bumi dengan metode magnetic dilakukan dengan
menafsir secara kuantitatif terhadap tubuh intrusi. Biasanya panas bumi
terletak di daerah vulkanik. Kerentanan magnet panas bumi sangat bergantung
pada variasi batuan di lapangan yang telah terpengaruh panas. Dengan mengetahui
kerentanan (k) magnetik batuan, dapat dikettahui informasi tentang panas bumi.
3. Eksplorasi Bijih Besi dengan Metode
Magnetik.
Studi ini menggambarkan kemampuan metoda magnetik dalam eksplorasi
bijih besi (iron ore) yang yang berasosiasi dengan granit. Besar anomali
magnetic dipengaruhi sangat kuat oleh induksi ferromagnetik bijih besi yang
terkandung pada granit. Berdasarkan pemodelan 2D dan inverse 3D dapat diduga
bahwa granit pembawa bijih besi mengintrusi secara menjari (dike) dengan jenis
mineral utama adalah magnetit. Batuan granit yang mengandung bijih besi (iron
ore) berasosiasi dengan anomali magnet besar (+). Metoda magnetik berguna untuk
memetakan dan menghitung potensi bijih besi dibawah permukaan. Interpretasi
kuantitatif dilakukan untuk menggambarkan bentuk tubuh ’iron ore’ di bawah permukaan
berdasarkan anomali magnetik dan geologi. Interpretasi dilakukan dengan
pemodelan ke depan (forward modeling) secara 2D dan 3D.
4. Eksplorasi Air Dengan Metode
Magnetik.
Air tanah dapat menyebabkan suatu endapan yang menimbulkan
arus lemah (battery action). Arus ini akan menghasilkan medan magnet.
Pengukuran pengukuran tegangan (voltase) secara sistematis di permukaan dapat
memperlihatkan suatu perubahan yang signifikan jika terdapat mineralisasi di
bawah permukaan.
C. Metode
Pengukuran Geomagnetik
Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan
paling utama yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk
mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM)
yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total. Peralatan lain
yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk
mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan
waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan
satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang
sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering
digunakan di dalam survei magnetik, antara lain:
a.
Kompas geologi, untuk mengetahui arah
utara dan selatan dari medan magnet bumi.
b.
Peta topografi, untuk menentukan rute
perjalanan dan letak titik pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi
c.
Sarana transportasi
d.
Buku kerja, untuk mencatat data-data
selama pengambilan data
e.
PC atau laptop dengan software seperti
Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.
D. Pengolahan Data Geomagnetik
1. Pengolahan
Data IGRF
IGRF singkatan dati The International Geomagnetic
Reference Field. Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada
dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk
nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan magnetik di
permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei geomagnetik,
sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF
terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan karena nilai yang
menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik (ΔHr0).
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data
kuat medan magnetik total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik
lokasi pengukuran. Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai
ini bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat
diperlukan pada saat memasukkan pemodelan dan interpretasi.
2. Pengolahan
Data Geomagnetik
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang
diinginkan, maka dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil
pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup
koreksi harian, IGRF dan topografi.
a.
Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan
penyimpangan nilai medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek
radiasi matahari dalam satu hari.
Waktu yang dimaksudkan harus
mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik
lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian
negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan
dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif, maka koreksinya
dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu
tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi, dapat dituliskan
dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian
b. Koreksi
IGRF
Data hasil pengukuran medan
magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan
magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan
magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama
dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama
dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah
terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang
sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan
sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian
± H0
Dimana H0 = IGRF
c.
Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan
jika pengaruh topografi dalam survei megnetik sangat kuat. Koreksi topografi
dalam survei geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas. Salah satu metode
untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun suatu model topografi
menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat. Ketika melakukan pemodelan, nilai
suseptibilitas magnetik (k) batuan
topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan
nilai anomali medan magnetik (ΔHtop)
sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan
koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai
ΔH = Htotal ± ΔHharian
– H0 - ΔHtop
3.
Reduksi di Bidang Datar
Untuk mempermudah proses pengolahan dan
interpretasi data magnetik, maka data anomali medan magnetik total yang masih
tersebar di topografi harus direduksi atau dibawa ke bidang datar. Proses
transformasi ini mutlak dilakukan, karena proses pengolahan data berikutnya
mensyaratkan input anomali medan magnetik yang terdistribusi pada biang datar.
Beberapa teknik untuk mentransformasi data
anomali medan magnetik ke bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent layer) dan pendekatan deret
Taylor (Taylor series approximaion),
dimana setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan
4.
Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar
lainnya yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat
berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu
mereduksi efek magnetik lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik
yang tersebar di permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses
pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali
magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang
menjadi target survei magnetik ini.
5.
Koreksi Efek Regional
Dalam banyak kasus, data anomali medan
magnetik yang menjadi target survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan
anomali magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di
bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik
regional Untuk menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target
survei, maka dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk
menghilangkan efek anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik
hasil pengukuran.
Salah
satu metode yang dapat digunakan untuk
memperoleh anomali regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada
ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta kontur anomali yang dihasilkan
sudah cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan pola lagi ketika dilakukan
pengangkatan yang lebih tinggi.
E. Interpretasi Data Geomagnetic
Secara umum
interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi
kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur
anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda
termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi
geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi
kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman benda
anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis. Untuk melakukan
interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya
mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang
dicapai dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan yang biasa
digunakan yaitu pemodelan dua setengah dimensi dan pemodelan tiga dimensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar