A.
Bumi
Bumi adalah planet ketiga dari Matahari merupakan
planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam Tata Surya. Bumi
juga merupakan planet terbesar dari empat planet kebumian Tata Surya. Bumi
terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru.
Dalam bahasa
Indonesia, kata bumi berasal dari bahasa
Sanskerta bhumi, yang berarti
tanah, dan selalu ditulis dengan huruf kapital ("Bumi"), untuk
merujuk pada planet Bumi, sementara "bumi" dengan huruf kecil merujuk
pada permukaan dunia, atau tanah.Adapun ayat yang berhubungan dengan bumi
terdapat padah surah Taha, 20:53 yang artinya :
“Yang telah menjadikan
bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu
jalan-jalan dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhan dengan air
hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” (QS. Taha
20:53)
B. Hipotesa Kejadian
Bumi
1.
Hipotesis Kabut- Teori
Nebula
Teori ini dikemukakan oleh Kant (1755) seorang Jerman dan
Laplace (1796) seorang Perancis. Masing-masing mengemukakan teori kabut
mengenai susunan matahari, kemudian disempurnakan oleh CF Van Weizacher (1944) dan
G.P. Kuiper (1951) sehingga menjadi teori kondensasi.
Garis besar teori ini
bahwa Tata surya pada mulanya awan gas atau nebula yang berputar. Sambil
memadat, pusat awan ini memutar dengan cepat. Melepaskan cincin-cincin gas,
yang kemudian membentuk planet-planet, satelit-satelit yang beredar. Dan massa
intinya menjadi matahari yang sekarang ini.
2. Hipotesis Planetesimal
Teori ini dikemukakan oleh Chamberlin dan Moulton (1905).
Masingmasing mengemukakan teorinya yang terkenal, yaitu teori planetesimal.
Garis besar teori ini adalah susunan matahari terlebih
dahulu merupakan sebuah kabut pilin. Pada kabut pilin ada himpunan benda-benda
halus yang disebut planetesimal. Yang lebih besar menarik yang kecil, kemudian
menjadi bola besar di tengah-tengahnya. Akhirnya bola besar itu menjadi
matahari dan planetesimal menjadi planet-planet.
Oleh karena kabut pilin sejak semula dalam keadaan berputar
maka segala planet bersama satelitnya masih tetap berotasi serta semuanya
beredar mengelilingi pusatnya, yaitu matahari.
3. Hipotesis Pasang Surut
Teori ini dikemukakan oleh Yames Yeans (1917) ahli bintang
bangsa Amerika. Ia mengemukakan teori pasang surut.
Garis besar teori ini adalah bumi dibentuk pada waktu sebuah
bintang melintas berdekatan dengan matahari dan menarik keluar dari permukaan
matahari gumpalan gas yang amat besar berbentuk cerutu. Kemudian gumpalan gas
tersebut pecah menjadi bagian-bagian yang mendingin dan memadat membentuk
planet-planet.
4. Hipotesis Peledakan Bintang
Teori ini dikemukakan oleh ahli astronomi Inggris Fred Hoyle
(1956). Matahari mempunyai kawan sebuah bintang, pada mulanya berevolusi satu
sama lain, kemudian ada di antaranya yang memadat dan mungkin terjerat ke dalam
orbit keliling matahari yang lain, lalu meledak dan bebas di ruang angkasa. Teori
ini didukung banyak ahli astronomi karena dewasa ini banyak diketemukan bintang
ganda atau kembar.
5. Hipotesis Kuiper
Astronom Gerard P. Kuiper (1905 - 1975) menjelaskan bahwa
alam semesta terdiri atas formasi bintang-bintang. Menurut dia pusat yang memadat
berkembang dalam suatu awan antarbintang dari gas hidrogen. Pusat yang satu
lebih besar daripada pusat yang lainnya, kemudian memadat menjadi bintang
tunggal, yaitu matahari.
Peristiwa berikutnya, kabut menyelimuti pusat yang lebih
kecil yang disebabkan adanya daya tarik dari massa yang lebih besar,
menyebabkan awan yang lebih kecil terpecah-pecah menjadi awan yang lebih kecil
yang disebut proto planet.
Setelah suatu periode yang lama, proto planet tersebut
menjadi planet-planet seperti yang kita lihat sekarang ini. Bila kedua awan
mempunyai ukuran yang sama maka akan terbentuk bintang ganda. Formasi bintang
ganda sangat sering terjadi di alam semesta ini.
Ketika matahari memadat, ia akan menjadi begitu panas
sehingga sebagian besar energi radiasi dipancarkan. Energi itu cukup kuat untuk
mendorong gas-gas yang lebih terang, seperti hidrogen dan helium dari awan yang
menyelubungi protoplanet-protoplanet yang paling dekat dengan matahari.
C.
Struktur Bumi
Secara garis besar, lapisan bumi
terdiri atas beberapa bagian, yaitu: kerak
bumi (crush), selimut (mantle), dan inti ( core). Struktur bumi seperti itu
mirip dengan telur, yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai selimut,
dan kuningnya sebagai inti bumi.
1.
Kerak Bumi (crush)
Lapisan ini
menempati bagian paling luar dengan tebal 6-50 km. Tebal lapisan ini tidak sama
di setiap tempat, di benua tebalnya 20-50 km, samudra 0-5km atau bersamaan
dengan air diatasnya sekitar 6-12 km. Tersusun dari materi-materi padat
yang kaya silisium dan uluminium. Kerak bumi ini dapat dibagi 2 yaitu:
·
Kerak samudra mempunyai ketebalan
sekitar 0-5km atau
bersamaan dengan air diatasnya sekitar 6-12 km. Kerak samudera
atau kerak oseanik, merupakan kerak bumi yang menyusun lantai dasar samudera.
·
Kerak benua mempunyai ketebalan sekitar
20-50 km. Batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit,
yang tidak sepadat batuan basalt. Kerak benua atau kerak kontinen, merupakan
kerak bumi yang menyusun daratan atau benua.
Kerak Bumi dan sebagian
mantel Bumi membentuk lapisan litosfer
dengan ketebalan total kurang lebih 80 km. Suhu
dibagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 ◦C. Unsur-unsur kimia
utama pembentuk kerak Bumi adalah: Oksigen
(O) (46,6%), Silikon
(Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi
(Fe) (5,0%), Kalsium
(Ca) (3,6%), Natrium
(Na) (2,8%), Kalium
(K) (2,6%), Magnesium (Mg) (2,1%).
Berdasarkan materi-materi penyusunnya, kerak
bumi masih dikelompokkan menjadi beberapa lapisan yaitu :
1.
Lapisan atas,
pada lapisan ini merupakan tempat dimana makhluk hidup berkembangbiak. Lapisan
atas terdiri atas pelapukan batuan dan sisa-sisa makhluk hidup yang sudah mati.
Lapisan ini disebut sebagai tanah humus.
2.
Lapisan tengah, lapisan ini merupakan lapisan
yang
sedikit gersang dan terdiri
atas air serta pelapukan batuan. Lapisan tengah disebut dengan nama lapisan
tanah liat.
3.
Lapisan bawah, lapisan bawah merupakan lapisan batuan
yang masih belum sempurna pembentukannya.
4.
Lapisan batuan induk, pada lapisan ini terdapat bebatuan padat sebagai penyusunnya.
2.
Selimut Bumi (Mantle)
Selimut
atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya dibawah lapisan kerak bumi.
Lapisan ini sebagian besar berupa silikat/besi dan magnesium. Sesuai dengan
namanya, lapisan ini berfungsi untuk melindungi bagian dalam bumi. Selimut bumi
tebalnya mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan yang padat yang
mengandung silikat dan magnesium. Suhu dibagian bawah selimut mencapai
3.000◦C,tetapi tekanannya belum mempengaruhi kepadatan batuan.
Selimut
bumi dibagi menjadi tiga bagian yaitu litosfer, astenosfer dan mesosfer.
a.
Litosfer
Litosfer merupakan
lapisan terluar dari selimut bumi dan tersusun atas materi-materi padat
terutama batuan. Lapisan litosfer tebalnya mencapai 100 km. Bersama-sama dengan
kerak bumi, kedua lapisan ini disebut lempeng litosfer.
b. Astenosfer
Astenosfer merupakan
lapisan yang teletak dibawah lapisan litosfer. Lapisan ini tebalnya 100-400km
ini diduga sebagai tempat formasi magma (magma induk). Astenosfer ini terdiri
dari materi dalam keadaan cair atau semi-cair. Astenosfer suhu normalnya adalah
antara 1.400 sampai 3.000 derajat Celcius derajat Celcius.
c.
Mesosfer merupakan lapisan yang terletak
dibawah lapisan astenosfer.
Lapisan ini tebalnya
2.400-2.700km dan tersusun dari campuran batuan basa dan besi.
3. Inti
Bumi (Core)
Inti bumi merupakan lapisan paling dalam
dari struktur bumi yang
terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%),
dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 – 5200 km.
Lapisan
ini dibedakan menjadi dua, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam.
·
Inti bumi
bagian luar merupakan salah satu bagian dalam bumi yang melapisi inti bumi
bagian dalam. Inti bumi bagian luar mempunyai tebal 2250 km dan kedalaman antara
2900-4980 km. Inti bumi bagian luar terdiri atas besi dan nikel cair dengan
suhu 3900°C.
·
Inti Bumi
bagian dalam merupakan bagian bumi yang paling dalam atau dapat juga disebut
inti bumi. Inti bumi mempunyai tebal 1200km dan berdiameter
2600km. Inti bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat dengan temperatur
dapat mencapai 4800°C.
Berdasarkan
susunan kimianya, bumi dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni litosfer,
hidosfer, atmosfer,dan biosfer
1. Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi secara
menyeluruh dengan ketebalan lebih dari 650 km. Berdasarkan profil
temperature secara vertical, lapisan-lapisan atmosfer dapat dibagi menjadi :
·
Troposfer
( 0 – 10 Km) Merupakan atmosfer terbawah dan dekat dengan Bumi. Pada lapisan
ini, terjadi adanya awan, angin, hujan ,petir, dan lain – lain.
·
Stratosfer
( 10 – 30 Km) Pada lapisan ini, terjadi peningkatan temperature karena
bertambahnya ketinggian. Ozon (O3) terdapat pada lapisan ini dengan ketinggian
25 Km dari permukaan Bumi.
·
Mesosfer
(30 – 50 Km) Lapisan ini mempunyai ion atau udara yang bermuatan listrik
(Lapisan D) yang berfungsi untuk memantulkan gelombang radio. Karena adanya
muatan listrik tersebut, Kita dapt berkomunikasi dengan orang lain di luar
negri.
·
Termosfer
(50 - 400Km) Lapisan ini berfungsi untuk melindungi bumi dari meteor dengan
cara membakarnya. Hal ini disebabkan karena lapisan atmosfer mempunyai atom
yang bermuatan listrik atau terionisasi radiasi matahari
·
Eksosfer > 400 Km
Merupakan
lapisan atmosfer yang paling tinggi. Pada lapisan ini, kandungan
gas-gas atmosfer sangat rendah. Batas antara ekosfr (yang pada
dasarnya juga adalah batas atmosfer) dengan angkasa luar tidak
jelas. Daerah yang masih termasuk ekosfer adalah daerah yang
masih dapat dipengaruhi daya gravitasi bumi. Garis imajiner yang
membatasi ekosfer dengan angkasa luar disebut magnetopause.
2.
Hidrosfer
Air adalah senyawa gabungan dua atom
hidrogen dengan satu atom oksigen menjadi H2O. Sekitar
71% permukaan bumi merupakan wilayah perairan. Lapisan air yang
menyelimuti permukaan bumi disebut hidrosfer. Siklus Air / Siklus hidrologi
merupakan suatu proses peredaran atau daur ulang air secara yang berurutan
secara terus-menerus. Pemanasan sinar matahari menjadi pengaruh pada siklus
hidrologi. Air di seluruh permukaan bumi akan menguap bila terkena sinar
matahari. Pada ketinggian tertentu ketika temperatur semakin turun uap air akan
mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air dan jatuh sebagai
hujan.
3. Litosfer
Lithosfer berasal dari bahasa yunani
yaitu lithos artinya batuan, dan sphera artinya lapisan. Lithosfer
merupakan lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri atas batuan dengan
ketebalan rata-rata 1200 km. Lithosfer adalah lapisan kulit bumi
paling luar yang berupa batuan padat. Lithosfer tersusun dalam dua
lapisan, yaitu kerak dan selubung, yang tebalnya 50 – 100
km. Lithosfer merupakan lempeng yang bergerak sehingga dapt
menimbulkan persegeran benua.
Penyusun utama lapisan lithosfer adalah
batuan yang terdiri ari campuran antar mineral sejenis atau tidak sejenis yang
saling terikat secara gembur atau padat. Induk batuan pembentuk
litosfer adalah magma, yaitu batuan cair pijar yang bersuhu sangat tinngi dan
terdapat di bawah kerak bumi.
D.
Biosfer
Biosfer merupakan sistem kehidupan
paling besar karena terdiri dari gabungan ekosistem yang ada di planet
bumi. Sistem ini mencakup semua mahluk hidup yang berinteraksi
dengan lingkungannya sebagai kesatuan utuh.
Secara entimologi, biosfer berasal dari
dua kata, yaitu bio yang berarti hidup dan sphereyang
berarti lapisan. Dengan demikian dapat diartikan biosfer adalah
lapisan tempat tinggal mahluk hidup. Termsuk semua bisofer adalah
semua bagian permukaan bumi yang dapat dihuni oleh mahluk hidup.
Pemahaman mengenai biosfer sangat penting
untuk pengelolaan sumberdaya hayati, terutama karena perkembangan flora dan
fauna yang semakin berkurang. Salah satu penyebabnya adalah
terjadinya degradasi hutan akibat kebakaran ataupun pembukaan hutan untuk
pemukiman.
Organisme hidup tersusun oleh berbagai
unsur yang berasal dari biosfer, baik air, mineral maupun komponen-komponen
penyusun atmosfer. Secara fisik biosfer ini terbagi tiga, yaitu lotosfer,
hidrosfer, dan atmosfer.
E. Pengaruh bentuk,
persebaran, dan potensi muka terhadap kehidupan
1. Pengaruh
Bentuk Muka Bumi terhadap Kehidupan
Permukaan
bumi mengalami perubahan baik secara evolusi (lambat) maupun revolusi (cepat).
Perubahan ini disebabkan adanya tenaga endogen dan eksogen. Adanya keragaman
bentuk muka bumi ini menyebabkan perbedaan berbagai aspek, antara lain : iklim,
kesuburan tanah, tata air, dan unsur-unsur lainnya. Perbedaan semua aspek
tersebut tentu saja berpengaruh terhadap mahluk hidup (tumbuhan, hewan, dan
manusia) di sekitarnya.
Pengaruh
bentuk muka bumi terhadap kehidupan di daerah pegunungan dan dataran rendah
dari aspek tumbuhan, mata pencaharian, makanan, pakaian, bentuk rumah, dan
sistem transportasi.
·
Kehidupan di daerah pegunungan
Daerah pegunungan umumnya memiliki tanah yang
subur, karena disamping daerah vulkanis juga memiliki curah hujan yang tinggi.
Kesuburan tanah ini berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk sekitarnya.
Umumnya penduduk daerah pegunungan menggantungkan hidupnya dari pertanian dan
perkebunan. Tanaman yang mereka tanam seperti kina, teh, kopi, sayur-sayuran,
dan berbagai jenis buahbuahan. Daerah pegunungan memiliki alam yang
berbukit-bukit. Tidak sedikit di antara bukitdipisahkan oleh lembah, lereng
atau sungai. Kondisi alam seperti ini kurang menguntungkan dalam bidang
transportasi. Untuk berjalan kaki saja dirasakan berat, karena harus mendaki
(naik dan turun). Oleh karena itu pembangunan jalan raya atau jalan kereta api
relatif sulit dan memerlukan biaya besar.
·
Kehidupan didaerah rendah
Dataran rendah umumnya berpenduduk padat.
Begitu pula kota-kota besar juga umumnya berada di dataran rendah. Dataran
rendah tanahnya relatif luas, sarana dan prasarana juga mudah dibangun,
tanahnya relatif subur dan mempunyai cadangan air yang cukup. Semua itu
mendukung pertumbuhan daerah dataran rendah menjadi sebuah kota. Karena itu
dataran rendah secara umum penduduknya lebih cepat maju. Mata pencaharian
penduduk lebih bervariasi, ada yang bertani, nelayan, berdagang, industri,
maupun bergerak dalam bidang jasa. Pembangunan sarana transportasi di dataran
rendah juga lebih menguntungkan. Perjalanan bisa lebih cepat karena jalannya
lurus dan tidak mendaki. Biaya pembuatan dan pemeliharaan jalan juga lebih
murah dan mudah.
2. Sebaran
Bentuk Muka Bumi dan Potensinya
·
Sebaran bentuk muka bumi
Muka bumi kita ada yang merupakan daerah
pegunungan, gunung, dataran rendah, dataran tinggi, lembah, dan lain-lain.
Perbedaan bentuk muka bumi ini sebenarnya merupakan potensi penunjang kehidupan
manusia.
·
Potensi lahan bagi kehidupan
Sebaran bentuk muka bumi berpengaruh terhadap cara
pemanfaatan lahan, baik untuk keperluan pertanian, industri, pemukiman,
perdagangan dan keperluan lainnya. Oleh karena itu pengetahuan tentang bentuk
muka bumi ini sangat penting artinya dalam menunjang kehidupan manusia. Lahan
(land) merupakan lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya
dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan
fisik ini bisa berupa relief/topografi, iklim, tanah, dan air. Sedangkan
lingkungan biotik adalah tumbuhan, hewan, dan manusia.
Lahan kritis
Lahan kritis adalah lahan yang kemampuan
produksinya sangat kurang, baik dalam bidang pertanian, industri, pemukiman,
atau keperluan lainnya. Jika lahan kritis dihubungkan dengan pertanian, maka
lahan kritis yang dimaksud adalah lahan tandus dan sudah tidak mampu
berproduksi lagi. Di lahan kritis biasanya sifat-sifat fisik dan kimia tanah
sudah hilang. Begitu pula hampir seluruh lapisan tanah paling atas (lapisan
subur) juga sudah hilang. Hal ini disebabkan oleh cepatnya proses erosi dan
transportasi pada tanah tersebut, sementara proses pembentukan tanah memakan
waktu yang relatif lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar